Sunday, 26 April 2020

7 KERANCUAN DALAM BERPIKIR




Menurut Jalaluddin Rakhmat (2005) ada 7 kerancuan dalam berpikir:

  1. Fallacy of dramatic instance (kecenderungan untuk melakukan over-generalisasi), yaitu penggunaan satu atau dua kasus untuk memberikan gambaran kondisi secara umum. Pada hal setiap masalah memiliki perbedaan kondisional meskipun terdapat kesamaan bentuk.
  2. Fallacy of retrospective determinism (anggapan masalah sosial adalah segala sesuatu yang lazim ada secara historis), hal ini menggambarkan kebiasaan orang untuk melihat suatu masalah sosial yang sedang terjadi dengan melacaknya secara historis dan menganggapnya selalu ada dan tidak bisa dihindari.
  3. Post hoc ergo propter hoc (anggapan bahwa masalah sosial hanya karena hukum sebab akibat belaka), maksudnya apabila suatu peristiwa yang terjadi dalam urutan temporal, maka selalu lahir prasangka bahwa hal yang pertama sebab dan hal kedua adalah akibat. Padahal ada kemungkinan keadaan itu tidak bersangkut paut antara satu dengan yang lain.
  4. Fallacy of misplaced concreteness (salah menilai masalah, abstrak dianggap konkrit, sedangkan yang kongkrit dianggap abstrak), dapat diartikan sebagai kekeliruan berpikir yang terjadi karena kita seolah-olah menganggap persoalan yang sedang dibicarakan itu konkrit padahal pada kenyataannya adalah abstrak. Contoh ketika terjadi permasalah sosial timbul pernyataan, “ini semua sudah takdir Allah”, sehingga tidak ada daya untuk mengatasi masalah tersebut.
  5. Argumentum ad verecundiam (menggunakan otoritasnya untuk melihat orang lain atau masalah sosial), dapat diartikan berargumentasi atas dasar otoritas adalah suatu kesalahan. Seseorang sering berbicara menggunakan otoritas yang telah diakui keberadaannya sebagai dasar pijakan yang kuat baginya untuk mengemukakan argumentasi.
  6. Fallacy of composition (menyamakan semua masalah, tidak melihat siapa objek dan lingkungan tempat terjadinya), contoh setelah melihat seseorang berhasil pada ternak ayam potong, maka semua orang dalam satu kampong beternak ayam potong. Akhirnya mereka semua merugi karena jumlah ayam potong melimpah di pasaran.
  7. Circular reasoning (pemikiran yang berputar-putar dan hanya menggunakan asumsi untuk mendapatkan konklusi), artinya logika yang berputar-putar. Pembicaraan yang dilakukan tidak terarah dan mengulangi hal-hal yang telah dibicarakan sebelumnya.


Monday, 20 April 2020

Keutamaan Puasa bulan Sya’ban: Wasilah Pemberian Syafa'at Nabi Muhammad di Hari Kiamat




Dari Dhahhak dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib RA, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Sya’ban adalah bulanku, bulan Ramadan adalah bulan Allah. Sesiapa yang berpuasa pada bulanku maka aku akan menjadi pemberi syafaatnya pada hari kiamat dan sesiapa yang berpuasa pada bulan Allah swt, maka Allah akan menyingkirkan ketakutannya di dalam kuburnya.

Dia (orang yang berpuasa) keluar dari kubur dengan wajah yang putih bersinar, dia mengambil kitab amalnya dengan tangan kanannya dan mengambil buah khuldi dengan tangan kirinya.

Ketika dia sampai dihadapan TuhanNya, Dia berfirman, ‘Hamba-ku! Dia menjawab, ‘Labbaik, wahai Tuhanku.’ Tuhan berfirman, ‘apakah engkau berpuasa untukku?’ dia menjawab, ‘Iya wahai Tuhanku.’ Dia berfirman, ‘(kepada para malaikat) Jagalah hambaku ini hingga ia menemui Nabiku.’ Lalu ia mendatangi Nabi, yang kemudian (Nabi) berkata kepadanya, ‘Apakah engkau berpuasa pada bulanku (sya’ban)? Dia menjawab, ‘Ya’. Nabi menjawab, ‘Aku akan memberi syafaat bagimu pada hari ini.’

Dia (Allah) berfirman, ‘Hak-hakku telah aku tinggalkan untuk hambaku. Adapun hak-hak hambaku, maka jika ia memaafkannya maka Aku wajib menggantinya hingga ia ridha.’

Nabi saw bersabda, ‘Aku memegang tangannya hingga sampai di shirathal mustakim yang sedang dalam keadaan licin sekali, sehingga orang-orang yang salah akan jatuh tergelincir. Maka aku akan memegang tangannya. Penjaga shirath berkata kepadaku, ‘siapakah ini? Wahai Rasulullah saw?’ aku menjawab, ini adalah fulan, salah seorang dari umatku. Dia dulu di dunia berpuasa pada bulaku (sya’ban) karena mengaharapkan syafaatku. Dia juga berpuasa pada bulan Tuhannya karena mengharapkan janjiNya. Dia membolehkan kami melewati shirath dengan ampunan Allah hingga kami berhenti di depan pintu gerbang surga. Aku membukakan pintu untuknya, Malaikat Ridwan berkata, ‘kami diperintahkan membukanya pada hari ini dan kepada umatmu.’

Kemudian Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib berkata, ‘Kalian berpuasalah pada bulan Rasulullah saw (sya’ban) maka dia akan menjadi pemberi syafaat bagimu, dan berpuasalah kalian pada bulan Allah maka kalian akan meminum dari khamr surga…’

(Sumber: Fadhail Al Asyhar Ats tsalasah, hal 124, Hadis ke-132)

7 KERANCUAN DALAM BERPIKIR

Menurut Jalaluddin Rakhmat (200 5 ) ada 7 kerancuan dalam berpikir : Fallacy of dramatic instance (kecenderungan untuk melak...