MANAJEMEN – FUNGSI PENGGERAKAN
(ACTUITING)
A. Pengertian Penggerakan
Didalam
bahasa Inggris, ada lima istilah yang artinya hampir sama tetapi maknanya
berbeda untuk pengeritan “menggerakan orang lain”, seperti dijelaskan berikut
ini. (Husein Umar, 2000 : 77)
- Directing, yakni menggerakan orang lain dengan memberikan berbagai pengarahan,
- Actuiting, yakni menggerakan orang lain dalam artian umum,
- Leading, yakni menggerakan orang lain dengan cara menempatkan diri dimuka orang-orang yang digerakan, membawa mereka ke suatu tujuan tertentu serta memberikan contoh-contoh,
- Commanding, yakni menggerakan orang lain disertai unsur paksaan,
- Motivating, yakni menggerakan orang lain dengan terlebih dahulu memberikan alasan-alasan mengapa hal itu harus dikerjakan.
Dari lima
pengertian pengarahan diatas, maka dapat dikatakan bahwa pengarahan merupakan
aspek hubungan manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk
bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien
untuk mencapai tujuan.
Dalam
manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut
manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu
sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda, memiliki
pandangan serta pola hidup yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, pengarahan
yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada tiga prinsip, yaitu :
1)
Prinsip Mengarah Kepada Tujuan,
2)
Prinsip Keharmonisan Dengan Tujuan, dan
3)
Prinsip Kesatuan Komando.
Selain tiga
prinsip diatas, hal yang tidak kalah pentingnya adalah ketika dalam menggerakan
orang-orang dalam suatu organisasi, perlu diingat prinsip-prinsip lain sebagai
berikut : a) efisien, b) komunikasi, c) jawaban terhadap pertanyaan 5W+1H, dan
d) penghargaan/insentif.
Jadi,
pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuatu dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Demikian pula actuating,
yaitu menggerakan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh
kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara
efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
Namun
demikian, untuk menggerakan orang-orang agar mau bekerja bukanlah perkara yang
mudah. Manajer harus memiliki kemampuan dan seni untuk menggerakan mereka.
Kemampuan dan seni inilah yang disebut kepemimpinan (leadership).
- B. Tujuan dan Fungsi Penggerakan
Fungsi
penggerakan dalam suatu organisasi adalah usaha atau tindakan dari pimpinan
dalam rangka menimbulkan kemauam dan membuat bawahan tahu pekerjaannya sehingga
dengan sadar menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Tindakan
penggerakan ini oleh para ahli adakalanya diperinci lebih lanjut ke dalam tiga
tahap tindakan sebagai berikut :
- Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan baik. Tindakan ini juga disebut motivating.
- Pemberian bimbingan lewat contoh-contoh tindakan atau teladan. Tindakan ini juga disebut leading, yang meliputi beberapa tindakan seperti : pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara pimpinan dan bawahan, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompok, dan memperbaiki sikap, pengetahuan, dan keterampilan bawahan.
- Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas dan tegas. Segala saran-saran dan perintah atau instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas harus diberikan dengan jelas dan tegas agar terlaksana dengan baik terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun
fungsi pokok penggerakan didalam manajemen adalah sebagai berikut :
–
Mempengaruhi orang-orang supaya bersedia menjadi pengikut.
–
Menaklukkan daya tolak orang-orang
–
Membuat seseorang atau orang-orang suka mengerjakan tugas dengan lebih baik.
–
Mendapatkan, memelihara dan memupuk kesetiaan pada pimpinan, tugas dan
organisasi tempat mereka bekerja.
–
Menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab seorang atau orang-orang
terhadap Tuhan-nya, negara dan masyarakat.
Jadi,
pengarahan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting. Sebab masing-masing
orang yang bekerja didalam suatu organisasi mempunyai kepentingan yang
berbeda-beda. Supaya kepentingan yang berbeda-beda tersebut tidak saling
bertabrakan satu sama lain, maka pimpinan perusahaan harus dapat mengarahkannya
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Seorang
karyawan dapat mempunyai prestasi kerja yang baik, apabila mempunyai motivasi.
Makadari itu, tugas pimpinan perusahaan adalah memotivasi karyawannya agar
mereka menggunakan seluruh potensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai hasil
yang sebaik-baiknya. Supaya manajer atau pimpinan perusahaan dapat memberikan
pengaraha yang baik, pertama-tama ia harus mempunyai kemampuan untuk memimpin
perusahaan dan harus pandai mengadakan komunikasi secara vertical.
Karena itu,
pengarahan harus dilihat dari segi proses dan implementasinya. Dimana proses
implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi
serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan
tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan
dalam fungsi pengarahan dan implementasi mengandung tiga fungsi utama, yaitu :
–
Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi
kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan.
–
Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.
–
Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
Jadi fungsi
penggerakan merupakan bagian dari proses kelompok atau organisasi yang tak
dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan ke dalam fungsi
penggerakan ini adalah directing, commanding, leading, dan coordinating,
yang dalam bahasaArabnya disebut “tahai’atul afrad, directing, staffing
“at-taujih”, “isdaarul awamir, commanding dan ‘at-tansieq,
coordinating”.
- C. Macam-Macam Penggerakan
Pada
umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar
mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin, dan diharapkan tindak menyimpang
dari prinsip-prinsip dimuka.
Adapun
macam-macam pengarahan yang dilakukan dapat berupa :
- 1. Orientasi
Orientasi
merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu agar supaya
kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Pada umumnya, orientasi ini diberikan
kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan dan memberikan
pengertian tentang berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai lama yang pernah
menjalani orientasi tidak selalu ingat atau paham tentang masalah-masalah yang
pernah dihadapinya. Dengan demikian, orientasi ini perlu juga diberikan kepada
pegawai-pegawai lama agar mereka tetap memahami akan peranannya.
- 2. Perintah
Perintah
merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada dibawahnya untuk
melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. Jadi,
perintah itu berasal dari atasan, dan ditunjukan kepada para bawahan; atau
dapat dikatakan bahwa aus perintah ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah
tidak dapat diberikan kepada orang lain yang memiliki kedudukan sejajar atau
orang lain yang berada dibagian lain.
- 3. Delegasi Wewenang
Pendelegasian
wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian perintah. Dalam
pendelegasian wewenang ini pimpinan melimpahkan sebagian dari wewenang yang
dimilikinya kepada bawahan.
Kaitannya
dengan macam-macam penggerakan yang merupakan proses penggerakan adala
memberikan perintah, petunjuk, pedoman dan nasehat serta keterampilan dalam
berkomunikasi. Penggerakan merupakan inti daripada manajemen yaitu menggerakan
untuk mencapai hasil, sedang inti dari penggerakan adalah leading, harus
menentukan prinsip-prinsip efisiensi, komunikasi yang baik dan prinsip menjawab
pertanyaan :
- Who (siapa)
- Why (mengapa)
- How (bagaimana)
- What (apa)
- When (kapan)
- Where (dimana)
Pertanyaan-pertanyaan
itulah yang menjadi motivator pendorong untuk bergerak dan mampu menggerakan
suatu organisasi.
- D. Teori – Teori Motivasi Penggerakan
Kemampuan
seorang manajer untuk memotivasi dan mempengaruhi, mengarahkan dan
berkomunikasi akan menentukan efektifitas manajer. Dan ini bukan satu-satunya
factor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Manajer yang dapat melihat
motivasi sebagai suatu system akan mampu meramalkan perilaku dari bawahannya.
Pengertian
dan pandangan motivasi dalam organisasi motivasi seperti yang telah disebutkan
diatas, akan mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahannya,
yang selanjutnya akan menentukan efektifitas manajer. Ada dua factor yang
mempengaruhi tingkat prestasi seseorang, yaitu kemampuan individu dan pemahaman
tentang perilaku untuk mencapai prestasi yang maksimal disebut prestasi
peranan. Dimana antara motivasi, kemampuan dan presepsi peranan merupakan satu
kesatuan yang saling berinteraksi.
Model Tradisional
Tidak lepas
dari teori manajemen ilmiah yang dikemukakan oleh Frederic Winslow Taylor.
Model ini mengisyaratkan bagaimana manajer menentukan pekerjaan-pekerjaan yang
harus dilakukan dengan system pengupahan intensif untuk memacu para pekerja
agar memberikan produktivitas yang tinggi.
Model
Hubungan Manusiawi
Elton Mayo
dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menetukan bahwa kontrak-kontrak
sosial karyawan pada pekerjaannya adalah penting, kebosanan dan tugas yang
rutin merupakan pengurang dari motivasi. Untuk itu para karyawan perlu
dimotivasi melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial dan membuat mereka
berguna dan penting dalam organisasi.
Model Sumber
Daya Manusia
McGregor
Maslow. Argyris dan Lkert mengkritik model hubungan manusiawi bahwa seorang
bawahan tidak hanya dimotivasi dengan memberikan uang atau keinginan untuk
mencapai kepuasan, tapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh
pekerjaan yang berarti dalam arti lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu
prestasi kerja yang baik, diberi tanggungjawab yang lebih besar untuk pembuatan
keputusan dan pelaksanaan tugas.
Teori-Teori
Motivasi
Untuk dapat
memahami tentang motivasi dalam manajemen ini, akan dikemukakan beberapa teori
tentang motivasi, antara lain : (1) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan);
(2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi); (3) Teori Clyton Alderfer
(Teori ERG); (4) Teori Herzberg (Teori Dua Faktor); (5) Teori Keadilan; (6)
Teori Penetapan Tujuan; (7) Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan); (8) Teori
Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (9) Teori Kaitan Imbalan dengan
Prestasi. (Dikutip dari berbagai sumber Winardi, 2001:69-93; Sondang P.
Siagian, 286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono, 183-190, Fred Luthan,
140-167)
Dari
berbagai teori motivasi sebagaimana tersebut diatas, maka secara sederhana
dapat dikelompokan menjadi 3(tiga) tema besar, yaitu Teori Kepuasan (Content
Theory), Teori Proses (Process Theory), dan Teori Perilaku (Reinforcement
Theory).
- 1. Teori Motivasi Kepuasan
Teori ini
berdasarkan pada factor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang membuat
mereka melakukan aktivitasnya, jadi mengacu kepada diri seseorang. Teori ini
mencoba mencari tahu kebutuhan apa yang dapat memuaskkan dan mendorong semangat
kerja seseorang. Semakin tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan,
akan semakin giat pula seseorang bekerja.
Teori ini
menekankan arti pentingnya pemahaman factor-faktor yang ada didalam individu
yang menyebabkan mereka bertingkah laku tertentu. Kebutuhan tertentu yang
mereka rasakan akan menetukan tindakan yang mereka lakukan, yaitu para individu
akan bertindak untuk memuaskan kebutuhan mereka.
Termasuk
dalam teori kepuasan ini ada 4 (empat) teori penting yang perlu diperhatikan,
yaitu :
- Teori Motivasi Taylor
Menurut
teori ini, motivasi bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
biologis, yaitu mempertahankan kelangsungan hidup saja.
- Teori Kebutuhan Berprestasi dari McClelland (McClelland’s Achievement Motivation Theory)
Teori
McClelland atau biasa disebut sebagai Teori Kebutuhan Berprestasi dari
McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need
for Achievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai
dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.
Murray
sebagaimana dikutip oleh Winardi (2001: 69-93), merumuskan kebutuhan akan
prestasi tersebut sebagai keinginan. Hal ini dikatakan :
“Melaksanakan
sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atai
mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal
tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuatu kondisi yang
berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai perfprma
puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain.
Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut
McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers)
memiliki tiga cirri umum, yaitu : (1) sebuah prefensi untuk mengerjakan
tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi
dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan
karena factor-faktor lain seperti kemujuran; (3) menginginkan umpan balik
tentang keberhasilan dan kegagalan mereka.
McClelland
dalam teorinya menyatakan bahwa banyak kebutuhan diperoleh dari kebudayaan.
Terdapat 3 kebutuhan dari teori ini, yaitu :
- Kebutuhan akan prestasi (need for achievement, n-ach)
- 2. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation, n-aff)
- Kebutuhan akan kekuasaan (need for power, n-pow)
Menurut Achievement
Motivation Theory, seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi dalam
melakukan suatu aktivitas apabila kativitas tersebut menuntut tantangan
intelektual dengan tingkat kesukaran yang dapat diatasi melalui usaha keras.
Demikian juga halnya motivasi mahasiswa dalam meningkatkan aktivitas
belajarnya. Apabila mahasiswa mempersepsikan bahwa ia tidak memiliki kemapuan
untuk belajar dengan baik, maka hal ini menjadi factor penghambat bagi dirinya
untuk termotivasi.
Menurut Exectancy
Theory of Motivation, seseorang akan termotivasi perilakunya apabila ia
mempunyai keyakian bahwa ia akan mampu melakukan tugas dan keberhasilannya
menyelesaikan tugas tersebut memberikan suatu yang bermakna bagi dirinya.
Karena itu,
menurut Edwards dan Atkinson, maka seorang mahasiswa akan terdorong
meningkatkan belajarnya apabila ia memiliki keyakinan bahwa ia mampu
melaksanakan kegaitan pembelajaran dnegan baik, dan ia melihat bahwa
keberhasilan dalam prestasi akademiknya memberikan arti atau makna penting bagi
dirinya, entah itu makna yang berkaitan dengan materi, sosial, maupun
psikologis.
Dari teori
ini dapat disimpulakn bahwa apabila kebutuhan seseorang sangat mendesak, maka
kebutuhan itu akan memotivasi seseorang untuk berusaha keras memenuhinya.
- Teori Dua-Faktor dari Herzberg (Herzberg Two-Factor Theory)
Dua factor
ini dinamakan factor yang membuat orang tidak puas dan factor yang membuat
orang merasa puas (dissatifiers-satisfiers) atau factor yangmembuat orang
merasa sehat dan factor yang memotivasi orang (hygiene-motivation) atau
ekstrinsik dan intrinsic (extrinsic-intrinsic).
Teori ini
diuji dengan melibatkan sekelompok orang yang terdiri dari 200 orang akuntan
dan ahli mesin.
- 2. Teori Motivasi Proses
Teori ini
adalah merupakan teori yang digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana
menguatkan (energize) mengarahkan (direct), memelihara (maintain) dan
mengentikan (stop) perilaku individu. Dalam teori proses ini terdapat 4 teori
penting, yaitu :
- a. Teori Harapan (Expectancy Theory)
Teori
harapan dipelopori oleh Victor H. Vroom, dalam bukuny yang berjudul “Work And
Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”.
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin
dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan
mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat
menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang
bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan
dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseoeang
menginginkan sesuatau dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar,
yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya
itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis,
motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Dikalangan
ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai
daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian
membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta
menunjukan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannya itu.
Penekanan
ini dianggap penting karena pengalaman menunjukan bahwa para pegawai tidak
selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk
memperolehnya.
- b. Teori Keadilan
Inti teori
ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan
antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan
yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu :
- Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
- Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Dalam
menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal
sebagai pembanding, yaitu :
- Harapannya tentang jumlah imnalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaaan dan pengalamannya;
- Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannya relative sama dengan yang bersangkutan sendiri;
- Imbalan yang diterima oleh pegawai lain diorganisasi lain dikawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
- Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai.
Pemeliharaan
hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas
dibagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidak adilan
timbul apalagi meluas dikalangan para pegawai.
Apabila
sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negative bagi organisasi,
seperti ketidak puasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya
kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan
dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan
pegawai ke organisasi yang lain.
- c. Teori Edwin Locke tentang Penetapan Tujuan (Edwin Lock’s Goal Setting Theory)
Teori
penetapan tujuan (goal setting theory) dicetuskan oleh Edwin Locke. Ia
mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan
mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d)
tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
- d. Teori Disonans Kognitif (Cognitive Dissonance Theory)
Berbagai
teori atau model motivasi yang telah dibahas dimuka dapat digolongkan sebagai
model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan
persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya
pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal
dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang
ditentukan pula oleh berbagai konsekuensi eksternal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya, dari berbagai factor diluar diri seseorang turut berperan
sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal
ini berlakulah apa yang dikenal dengan “hukup pengaruh” yang menyatakan bahwa
manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang
menguntungkan dirinya dan menggelakkan perilaku yang mengakibatkan perilaku
yang mengakibatkan timbul konsekuensi yang merugikan.
Contoh yang
sangat sederhana ialah seorang juru ketik yang mampu menyelesaikan tugasnya
dengan baik dalam waktu singkat. Juru ketik tersebut mendapat pujian dari
atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji ayng dipercepat. Karena
juru ketik tersebut menyenangi konsekuensi perilakunya itu, ia lalu terdorong
bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha
meningkatkan keterampilannya, misalnya denganbelajar menggunakan computer
sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan
mempunyai konsekuensi positif lagi dikemudian hari.
Contoh
sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapatkan
teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi
indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagai konsekuensi negative
perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang
tepat pada waktunya ditempat tugas. Penting untuk diperhatikan bahwa agar
cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetapi memperhitungkan
harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara
tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
- 3. Teori Perilaku (reinforcement theory)
Teori
perilaku biasa disebut dengan nama Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG”). Teori
Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam teori Alderfer
merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu :
E =
Existence (kebutuhan akan eksistensi),
R =
Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain), dan
G = Growth
(kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna
tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara
konseptual dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat
dikatakan identik dengan hirarki pertama dan kedua dalam teori Maslow;
“Relatedness” senada dengan hirarki, kebutuhan ketiga dan keempat menurut
konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization”
Kedua, teori
Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan
pemuasanny secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan
tampak bahwa :
- Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
- Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
- Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya
pandangan ini, hemat penulis, didasarkan kepada sifat pragmatism oleh manusia.
Artinya, karena menyadari keterbatasannya seseorang dapat menyesuaikan diri
pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan
perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
Bertitik
tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam
arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus
menerus berusaha mencari dan menemukan system motivasi yang terbaik, dalam arti
menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.
Tampaknya terdapat kesepakatan dikalangan para pakar bahwa model tersebut ialah
apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang
individu.
Menurut
model ini, motivasi seorang individu sangat dipengauhi oleh berbagai factor,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada factor internal
adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c)
harapan pribadi; (d) kebutuhan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi
kerja yang dihasilkan.
Sedangkan
factor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis
dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c)
organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e)_ system
imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
No comments:
Post a Comment