Respon Atas
PEMIKIRAN PRIMITIF/PEMIKIRAN MODERN
PENDEKATAN BARU TERHADAP ISLAM
“Dengan maksud menyelamatkan manusia kita harus belajar hidup
bersama dalam kedamaian meskipun berbeda agama, peradaban, bangsa, kelas, dan
ras”.
(Arnold Toynbee)
Kebutuhan pemahaman keagamaan yang mampu mengharmoniskan
hubungan antar pemeluk agama merupakan kebutuhan pada saat sekarang ini. Hal
ini disebabkan oleh perubahan zaman yang semakin menghantarkan kepada kehidupan
yang plural, dan tentu sangat sulit ditemukan sekat yang menghalangi kondisi
ini.
Tak lepas dari pemahaman keagamaan yang beragam pada
saat ini, yang melahirkan bermacam corak prilaku keagamaan sebagai respon dari
pemahaman keagamaan tersebut, diperlukan pendekatan baru atas studi agama (khususnya
Islam) untuk menjembatani persoalan di atas. Ada bermacam pendekatan dalam pengkajian Islam
yang ditawarkan oleh para peneliti agama, salah satunya adalah pendekatan
humanis/antroposentris. Dalam pendekatan humanis terdapat penelitian terhadap mode
of thought dan implikasinya terhadap prilaku yang ditimbulkannya.
Dalam kajian budaya, agama merupakan suatu system symbol
yang digunakan untuk memantapkan susunan jiwa dan motivasi yang kuat yang
meresap dalam diri manusia dalam jangka panjang. Sehingga dapat dipastikan
bahwa, perubahan dalam mode of thought keagamaan dapat dijelaskan oleh
semua perubahan budaya dan material yang lebih luas sehingga dapat mempengaruhi
konstruksi social system symbol. Dari sinilah pemahaman masyarakat mulai
terbentuk akibat dari pemaknaan atas symbol yang masuk dalam kesadaran dirinya.
Pada umumnya perubahan pemahaman masyarakat diawali dari
adanya perubahan-perubahan pada alam tindakan komunikatif atas wahyu yang
diterimanya. Seperti halnya pada ‘pendaftaran’ sifat-sifat Allah, hal ini dapat
mempengaruhi perkembangan kemampuan konseptualisasi seorang Muslim tentang
Allah dan tindakan yang dihasilkannya. Dengan begitu, apakah sama tindakan yang
ditimbulkan antara seorang Muslim yang mengetahui sifat-sifat Allah degan seorang
Muslim yang tidak mengetahui sifat-sifat Allah? Perbedaan yang jelas dalam
bentuk prilaku mengindikasikan pemahaman yang berbeda-beda pula.
Pada umumnya prilaku yang berbeda dalam beragama
merupakan akibat dari tingkat pemahaman yang berbeda dalam agama. Dengan
tingkatan pemahaman terhadap agama yang lebih tinggi, menghasilkan
kecenderungan untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan tuntutan agama. Kadangkala,
pada masyarakat dengan tingkat pemahaman yang lebih rendah, peluang
penyimpangan dalam sebuah ritus keagamaan sangat tinggi. Artinya bahwa, sebuah
rangkaian ritus keagamaan dapat dirusak oleh tingkat pemahaman keagamaan yang
rendah.
Perubahan pada mode of thought merupakan hasil
dari perubahan dalam tehnik mengelola informasi. Perkembangan berbagai media
dan prasarana untuk menghubungkan pesan agama pada suatu masyarakat akan
menghasilkan pemahaman yang berbeda. Pada masa Rasul, pesan wahyu yang disampaikan
kepada masyarakat banyak mengunakan tradisi lisan, dengan bukti banyaknya
penghafal al Qur’an pada saat itu. Akan tetapi berbeda dengan kondisi saat ini,
pesan-pesan wahyu (al Qur’an) disampaikan melalui media-media yang beragam,
tentu hal ini menghasilkan pemahaman keagamaan yang berbeda antara masyarakat
saat ini dengan masyarakat pada masa Nabi.
Dari pemaparan di atas, jelas bahwa dalam penelitaian
agama, pendekatan humanis sangat diperlukan untuk membentuk sebuah pemahaman
atas berbagai persoalan yang terjadi pada saat ini. Dengan diketahuinya
perubahan pada mode of thought keagamaan, tentu para peneliti agama akan
dapat memprediksi perubahan pada kognisi yang lain, yang tentu banyak
dipengaruhi oleh tingkat pemahamannya masing-masing.
No comments:
Post a Comment