Tuesday, 28 March 2017

Respon Atas PEMIKIRAN PRIMITIF/PEMIKIRAN MODERN PENDEKATAN BARU TERHADAP ISLAM



Respon Atas
PEMIKIRAN PRIMITIF/PEMIKIRAN MODERN
PENDEKATAN BARU TERHADAP ISLAM


“Dengan maksud menyelamatkan manusia kita harus belajar hidup bersama dalam kedamaian meskipun berbeda agama, peradaban, bangsa, kelas, dan ras”.
 (Arnold Toynbee)

Kebutuhan pemahaman keagamaan yang mampu mengharmoniskan hubungan antar pemeluk agama merupakan kebutuhan pada saat sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh perubahan zaman yang semakin menghantarkan kepada kehidupan yang plural, dan tentu sangat sulit ditemukan sekat yang menghalangi kondisi ini.
Tak lepas dari pemahaman keagamaan yang beragam pada saat ini, yang melahirkan bermacam corak prilaku keagamaan sebagai respon dari pemahaman keagamaan tersebut, diperlukan pendekatan baru atas studi agama (khususnya Islam) untuk menjembatani persoalan di atas. Ada bermacam pendekatan dalam pengkajian Islam yang ditawarkan oleh para peneliti agama, salah satunya adalah pendekatan humanis/antroposentris. Dalam pendekatan humanis terdapat penelitian terhadap mode of thought dan implikasinya terhadap prilaku yang ditimbulkannya.  
Dalam kajian budaya, agama merupakan suatu system symbol yang digunakan untuk memantapkan susunan jiwa dan motivasi yang kuat yang meresap dalam diri manusia dalam jangka panjang. Sehingga dapat dipastikan bahwa, perubahan dalam mode of thought keagamaan dapat dijelaskan oleh semua perubahan budaya dan material yang lebih luas sehingga dapat mempengaruhi konstruksi social system symbol. Dari sinilah pemahaman masyarakat mulai terbentuk akibat dari pemaknaan atas symbol yang masuk dalam kesadaran dirinya.
Pada umumnya perubahan pemahaman masyarakat diawali dari adanya perubahan-perubahan pada alam tindakan komunikatif atas wahyu yang diterimanya. Seperti halnya pada ‘pendaftaran’ sifat-sifat Allah, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan konseptualisasi seorang Muslim tentang Allah dan tindakan yang dihasilkannya. Dengan begitu, apakah sama tindakan yang ditimbulkan antara seorang Muslim yang mengetahui sifat-sifat Allah degan seorang Muslim yang tidak mengetahui sifat-sifat Allah? Perbedaan yang jelas dalam bentuk prilaku mengindikasikan pemahaman yang berbeda-beda pula.
Pada umumnya prilaku yang berbeda dalam beragama merupakan akibat dari tingkat pemahaman yang berbeda dalam agama. Dengan tingkatan pemahaman terhadap agama yang lebih tinggi, menghasilkan kecenderungan untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan tuntutan agama. Kadangkala, pada masyarakat dengan tingkat pemahaman yang lebih rendah, peluang penyimpangan dalam sebuah ritus keagamaan sangat tinggi. Artinya bahwa, sebuah rangkaian ritus keagamaan dapat dirusak oleh tingkat pemahaman keagamaan yang rendah.
Perubahan pada mode of thought merupakan hasil dari perubahan dalam tehnik mengelola informasi. Perkembangan berbagai media dan prasarana untuk menghubungkan pesan agama pada suatu masyarakat akan menghasilkan pemahaman yang berbeda. Pada masa Rasul, pesan wahyu yang disampaikan kepada masyarakat banyak mengunakan tradisi lisan, dengan bukti banyaknya penghafal al Qur’an pada saat itu. Akan tetapi berbeda dengan kondisi saat ini, pesan-pesan wahyu (al Qur’an) disampaikan melalui media-media yang beragam, tentu hal ini menghasilkan pemahaman keagamaan yang berbeda antara masyarakat saat ini dengan masyarakat pada masa Nabi.   
Dari pemaparan di atas, jelas bahwa dalam penelitaian agama, pendekatan humanis sangat diperlukan untuk membentuk sebuah pemahaman atas berbagai persoalan yang terjadi pada saat ini. Dengan diketahuinya perubahan pada mode of thought keagamaan, tentu para peneliti agama akan dapat memprediksi perubahan pada kognisi yang lain, yang tentu banyak dipengaruhi oleh tingkat pemahamannya masing-masing.             
               

No comments:

Post a Comment

7 KERANCUAN DALAM BERPIKIR

Menurut Jalaluddin Rakhmat (200 5 ) ada 7 kerancuan dalam berpikir : Fallacy of dramatic instance (kecenderungan untuk melak...